Pages

Selasa, 21 Juni 2011

Adab Berdo'a

Firman Allah :

 وَاِذَا سَأَلَكَ عِباَدِيْ عَنِّيْ فَاِنِّيْ قَرِيْبٌ. أُجِيْبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ اِذَا دَعَانِ. فَالْيَسْتَجِيْبُوْ لِيْ وَلْيُؤْمِنًُوْابِيْ لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُوْنَ

Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang aku,Maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, Maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran. QS. Al-Baqarah: 186.

Dari Firman Allah di atas, bisa kita ambil kesimpulan bahwa Allah pasti mengabulkan Do'a setiap hambanya yang berdo'a. dengan syarat mereka memenuhi segala perintah Allah dan hendaklah mereka beriman kepada Allah.
Artinya, Selain Memohon dengan Adab yang baik, juga harus memenuhi segala apa yang diperintahkan oleh allah serta menjauhi segala apa yang dilarang oleh Allah SWT.
adapun adab berdo'a antara lain : 
  1. Merendahkan suara ketika berdoa, tidak di dalam hati tapi juga tidak mengeraskannya. Karena hal itu bisa membantu dia untuk khusyu’ dan sekaligus menunjukkan ketundukan dan kerendahan dia di hadapan AllahSWT.
  2. Tadlarru’ (merendah) kepada Allah ketika berdoa kepada-Nya. Ad-Dlara’ah (asal kata tadlarru’) bermakna menghinakan diri, tunduk, dan mengharap kepada Allah.
  3. Menggunakan kalimat-kalimat yang jami’ dalam berdoa, yakni yang lafazhnya ringkas akan tetapi makna yang terkandung di dalamnya sangat dalam lagi sangat luas. Karenanya sudah sepantasnya seseorang itu berdoa dengan doa-doa yang pernah Diucapkan oleh Nabi SAW., karena beliaulah pemilik al-jawami’ al-kalim (kata-kata yang jami’).
  4. Tidak mendoakan kejelekan untuk diri, keluarga, dan harta bendanya, karena mungkin saja Allah Ta’ala akan mengabulkannya.
  5. Memastikan permintaannya dan tidak mengembalikannya kepada kehendak Allah, karena hal itu menunjukkan kurang perhatiannya dia kepada doanya dan dia tidak terlalu berharap kalau Allah akan mengabulkan doanya.
  6. Betul-betul meminta kepada Allah ketika berdoa.Dengan cara memperbanyak doa dan sering mengulang-ulanginya. Dia terus-menerus meminta kepada Allah dengan mengulang-ulangi penyebutan rububiyah-Nya, uluhiyah-Nya, serta nama-nama dan sifat-sifatNya. Itu merupakan sebab terbesar dikabulkannya doa.
  7. Memulai dengan memuji Allah lalu bershalawat kepada Nabi -shallallahu alaihi wasallam-, dan juga menutup doanya dengan ini.
  8. Senantiasa berdoa kepada Allah baik dalam keadaan lapang maupun dalam kesulitan.
  9. Bertawassul kepada Allah Ta’ala dengan salah satu atau semua jenis-jenis tawassul yang disyariatkan, yaitu: Tawassul dengan menggunakan nama-nama dan sifat-sifat Allah, tawassul dengan amalan saleh, dan tawassul dengan perantaraan doa orang saleh yang masih hidup.
  10. Tidak memaksakan diri dalam memperindah lafazh (sajak) doa.
  11. Mengulangi doa sebanyak tiga kali.
  12. Menghadap ke arah kiblat.
  13. Mengangkat kedua tangan ketika berdoa.
  14. Berwudhu sebelum berdoa.
  15. Menangis ketika berdoa karena takut kepada Allah Ta’ala.
  16. Dan tentu saja dia tidak meminta kecuali hanya kepada Allah semata.
Dari beberapa uraian diatas kita berharap dapat mengetahui adab berdo'a yang benar sesuai dengan Syari'at Allah dan tuntunan Rasulullah. Semoga kita bisa mengamalkan penjelasan ini serta dapat menyampaikan kepada orang lain agar menjadi ladang amal bagi kita semua Amien Yaa Rabbal 'Alamien....................





Rabu, 15 Juni 2011

Tata Cara Shalat Gerhana Serta Amalan-Amalannya

Tata Caranya Adalah Sebagai berikut :
  1. Pada rakaat pertama, membaca surah Al-Fatihah dan surah yang panjang, seperti surah al-Baqarah atau yang lainnya. 
  2. Kemudian ruku’ dalam waktu yang lama, lalu bangkit dari ruku’ dengan mengangkat kepala seraya membaca ”Sami’allahu liman hamidah, Rabbana walakal hamdu (Allah Maha mendengar siapa yang memuji-Nya. Ya Tuhan kami, bagimulah segala pujian)”.
  3. Setelah berdiri, membaca surah yang panjang (lebih pendek dari sebelumnya), seperti surah Ali Imran atau selainnya.
  4. Kemudian ruku’ lagi (untuk kedua kalinya), dengan ruku’ yang lebih pendek dari sebelumnya. Lalu bangkit dari ruku’ dan membaca ”Sami’allahu liman hamidah, Rabbana walakal hamdu (Allah Maha mendengar siapa yang memuji-Nya. Ya Tuhan kami, bagimulah segala pujian)”.
  5. Kemudian bersujud sebanyak dua kali, dengan sujud yang lama.
  6. Duduk di antara dua sujud tidak lama.
  7. Pada rakaat kedua, hal-hal yang dilakukan tidak berbeda dengan rakaat pertama;bacaan, ruku’ dan sujud yang lama.
  8. Setelah itu, duduk tasyahhud lalu salam.

Perhatian:

  • Apabila shalat gerhana selesai sebelum gerhana berakhir, maka para jamaah melanjutkan dengan zikir, doa dan istigfar, hingga gerhana berakhir. 
  • Apabila gerhana telah berakhir ketika orang-orang masih shalat, maka shalat tetap dilanjutkan hingga selesai dan tidak dihentikan, namun dikerjakan lebih cepat.
  • Jika diketahui bahwa gerhana tidak akan berlangsung lama, maka pilihlah surah-surah yang dibaca setelah Al-Fatihah yang sesuai (menurut Jumhur ulama).
Waktu Pelaksanaan: 

  1. Sejak mulai terjadinya gerhana hingga selesai. Rasulullah saw bersabda, ”Jika kalian melihat sebagian dari gerhana tersebut, maka lakukanlah shalat hingga terang.” (HR. Muslim);
  2. Apabila gerhana berakhir sebelum melaksanakan shalat gerhana, maka tidak perlu mengqadla’nya.
 Amalan saat Gerhana:
 

Selain melaksanakan shalat gerhana, dianjurkan pula :
  1. Memperbanyak zikir dan do’a 
  2. Memperbanyak istighfar (permohonan ampun)
  3. Memperbanyak sedekah 
  4. Memperbanyak perbuatan-perbuatan baik lainnya

Mari Kita Shalat Khusuf!

Allah berfirman,

هُوَ الَّذِي جَعَلَ الشَّمْسَ ضِيَاءً وَالْقَمَرَ نُورًا وَقَدَّرَهُ مَنَازِلَ لِتَعْلَمُوا

عَدَدَ السِّنِينَ وَالْحِسَابَ مَا خَلَقَ اللَّهُ ذَلِكَ إِلا بِالْحَقِّ يُفَصِّلُ الآيَاتِ

لِقَوْمٍ يَعْلَمُونَ

“Dialah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkannya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan yang demikian itu melainkan dengan haq. Dia menjelaskan tanda-tanda kebesaran-Nya kepada orang-orang yang mengetahui” (Yunus:5)
Kamis dini hari nanti diprediksi akan menjadi salah satu gerhana bulan terlama.
Peneliti astronomi dan astrofisika Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan), Thomas Djamaluddin, menyatakan peristiwa Kamis dini hari nanti berpeluang menjadi salah satu gerhana bulan total terlama sepanjang sejarah. Lamanya saat total sekitar 100 menit karena posisi bulan nanti dekat dengan pusat bayangan bumi,
Lama gerhana bulan total memang bergantung pada pertama, jarak lintasan bulan terhadap pusat bayangan bumi, dan kedua, jarak bulan terhadap bumi.
Secara umum, tidak ada dampak signifikan dari gerhana bulan tersebut. Salah satu yang mungkin akan menarik perhatian adalah kemungkinan pasang air laut maksimum. Hal tersebut terjadi karna posisi bumi, bulan, dan matahari hampir berbentuk garis lurus. Efek gabungan ketiganya adalah pasang maksimum. 

Gerhana adalah satu tanda dari tanda-tanda kekuasaan Allah untuk menakut-nakuti para hamba-Nya. Allah berfirman ,

وَمَا نُرْسِلُ بِالآيَاتِ إِلا تَخْوِيفًا

“Dan kami tidak memberi tanda-tanda itu melainkan untuk menakuti” (Al Israa:59)

Ketika terjadi gerhana di jaman Rasulullah Sholallahu ‘Alaihi Wasallam, beliau keluar dengan bergegas, menarik bajunya, lalu shalat dengan manusia, dan memberitakan kepada mereka: bahwa gerhana adalah satu tanda dari tanda-tanda kekuasaan Allah, dengan gerhana tersebut Allah menakut-nakuti para hamba-Nya; boleh jadi merupakan sebab turunnya adzab untuk manusia, dan memerintahkan untuk mengerjakan amalan yang bisa menghilangkannya. Beliau memerintahkan untuk mengerjakan sholat, berdo’a, istighfar, bersedekah, memerdekakan budak, dan amalan-amalan shalih lainnya ketika terjadi gerhana; hingga hilang musibah yang menimpa manusia.
Dalam gerhana terdapat peringatan bagi manusia dan ancaman bagi mereka agar kembali kepada Allah dan selalu merasa diawasi oleh-Nya.

Al Bukhari dan Muslim telah meriwayatkan dari hadits Abu Mas’ud Al Anshari berkata ,

“Terjadi gerhana matahari pada hari meninggalnya Ibrahim Bin Muhammad Sholallahu ‘Alaihi Wasallam maka manusia mengatakan, “Terjadi gerhana matahari karena kematian Ibrahim”. Maka Rasulullah Sholallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, ”Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua tanda dari tanda-tanda kekuasaan Allah, keduanya tidak terkena gerhana karena kematian atau kehidupan seseorang, jika kalian melihat yang demikian itu, maka bersegeralah untuk ingat kepada Allah dan mengerjakan Sholat.”
Adapun Tata cara Shalat gerhana, anda bisa klik di sini


Minggu, 12 Juni 2011

Mari Tingkatkan Kesabaran Hati

Dari Suhaib ra, bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Sungguh menakjubkan perkaranya orang yang beriman, karena segala urusannya adalah baik baginya. Dan hal yang demikian itu tidak akan terdapat kecuali hanya pada orang mu'min: Yaitu jika ia mendapatkan kebahagiaan, ia bersyukur, karena (ia mengetahui) bahwa hal tersebut merupakan yang terbaik untuknya. Dan jika ia tertimpa musibah, ia bersabar, karena (ia mengetahui) bahwa hal tersebut merupakan hal terbaik bagi dirinya." (HR. Muslim).

Setiap orang yang beriman digambarkan oleh Rasulullah SAW sebagai orang yang memiliki pesona, Karena sifat dan karakter ini akan mempesona siapa saja.
Kemudian Rasulullah SAW menggambarkan bahwa pesona tersebut berpangkal dari adanya positif thinking setiap mu’min.karena ia memandang segala persoalannya dari sudut pandang positif, dan bukan dari sudut nagatifnya.
Sebagai contoh, ketika ia mendapatkan kebaikan, kebahagian, rasa bahagia, kesenangan dan lain sebagainya, ia akan menyatakan dalam bentuk penysukuran terhadap Allah SWT. Karena ia tahu dan faham bahwa hal tersebut merupakan anugerah Allah yang diberikan kepada dirinya. Dan tidaklah Allah memberikan sesuatu kepadanya melainkan pasti sesuatu tersebut adalah positif baginya.
Sebaliknya, jika ia mendapatkan suatu musibah, bencana, rasa duka, sedih, kemalangan dan hal-hal negatif lainnya, ia akan bersabar. Karena ia meyakini bahwa hal tersebut merupakan pemberian sekaligus cobaan bagi dirinya yang pasti memiliki rahasia kebaikan di dalamnya. Sehingga refleksinya adalah dengan bersabar dan mengembalikan semuanya kepada Allah SWT.
Kesabaran merupakan salah satu ciri mendasar orang yang bertaqwa kepada Allah SWT. Bahkan sebagian ulama mengatakan bahwa kesabaran merupakan setengahnya keimanan. Sabar memiliki kaitan yang tidak mungkin dipisahkan dari keimanan: Kaitan antara sabar dengan iman, adalah seperti kepala dengan jasadnya. Tidak ada keimanan yang tidak disertai kesabaran, sebagaimana juga tidak ada jasad yang tidak memiliki kepala. 
Oleh sebab itu, alangkah indahnya jika kita dapat menanamkan sifat sabar dalam diri kita.serta belajar menyikapi hidup dengan baik dan selalu positif thinking. 
Akhirnya, Mari kita selalu berdo'a kepada Allah agar diberi kekuatan iman dan kesabaran. Amien Yaa Rabbal 'Alamien............!

Senin, 06 Juni 2011

Abu Nawas Akan Dihukum Pancung

Cita-cita atau obsesi menghukum Abu Nawas sebenarnya masih bergolak, namun Baginda merasa kehabisan akal untuk menjebak Abu Nawas. Seorang penasihat kerajaan kepercayaan Baginda Raja menyarankan agar Baginda memanggil seorang ulama yang berilmu tinggi untuk menandingi Abu Nawas. Pasti masih ada peluang untuk mencari kelemahan Abu Nawas.

Baginda menerima usul yang cemerlang itu dengan hati bulat. Setelah ulama yang berilmu tinggi berhasil ditemukan, Baginda Raja menanyakan cara terbaik menjerat Abu Nawas. Ulama itu memberi tahu cara-cara yang paling jitu kepada Baginda Raja. Baginda Raja manggut-manggut setuju. Wajah Baginda tidak lagi murung. Apalagi ulama itu menegaskan bahwa ramalan Abu Nawas tentang takdir kematian Baginda Raja sama sekali tidak mempunyai dasar yang kuat. Tiada seorang pun manusia yang tahu kapan dan di bumi mana ia akan mati apalagi tentang ajal orang lain.

Ulama andalan Baginda Raja mulai mengadakan persiapan seperlunya untuk memukul habis Abu Nawas. Siasat pun dijalankan sesuai rencana. Abu Nawas terjerembab ke pangkuan siasat sang ulama. Abu Nawas melakukan kesalahan yang bisa menghantarnya ke tiang gantungan atau tempat pemancungan. Benarlah peribahasa yang berbunyi sepandai-pandai tupai melompat pasti suatu saat akan terpeleset. Kini, Abu Nawas benar-benar mati kutu. Sebentar lagi ia akan dihukum mati karena jebakan sang ilmuwan-ulama. Benarkah Abu Nawas sudah keok? Kita lihat saja nanti.

Banyak orang yang merasa simpati atas nasib Abu Nawas, terutama orang-orang miskin dan tertindas yang pernah ditolongnya. Namun derai air mata para pecinta dan pengagum Abu Nawas tak.akan mampu menghentikan hukuman mati yang akan dijatuhkan. Baginda Raja Harun Al Rasyid benar-benar menikmati kemenangannya. Belum pernah Baginda terlihat seriang sekarang. Keyakinan orang banyak bertambah mantap. Hanya satu orang yang tetap tidak yakin bahwa hidup Abu Nawas akan berakhir setragis itu, yaitu istri Abu Nawas.

Bukankah Allah Azza Wa Jalla lebih dekat daripada urat leher. Tidak ada yang tidak mungkin bagi Allah Yang Maha Gagah. Dan kematian adalah mutlak urusanNya. Semakin dekat hukuman mati bagi Abu Nawas; orang banyak semakin resah. Tetapi bagi Abu Nawas malah sebaliknya. Semakin dekat hukuman bagi dirinya, semakin tenang hatinya. Malah Abu Nawas nampak setenang air danau di pagi hari. Baginda Raja tahu bahwa ketenangan yang ditampilkan Abu Nawas hanyalah merupakan bagian dari tipu dayanya Tetapi Baginda Raja telah bersumpah pada diri sendiri bahwa beliau tidak akan terkecoh untuk kesekian kalinya.

Sebaliknya Abu Nawas juga yakin, selama nyawa masih melekat maka harapan akan terus menyertainya. Tuhan tidak mungkin menciptakan alam semesta ini tanpa ditaburi harapan-harapan yang menjanjikan. Bahkan dalam keadaan yang bagaimanapun gentingnya. Keyakinan seperti inilah yang tidak dimiliki oleh Baginda Raja dan ulama itu. Seketika suasana menjadi hening, sewaktu Baginda Raja memberi sambutan singkat tentang akan dilaksanakan hukuaman mati atas diri terpidana mati Abu Nawas. Kemudian tanpa memperpanjang waktu lagi Baginda Raja menanyakan permintaan terakhir Abu Nawas.

Dan pertanyaan inilah yang paling dinanti-nantikan Abu Nawas. "Adakah permintaan yang terakhir"
"Ada Paduka yang mulia." jawab Abu Nawas singkat.
"Sebutkan." kata Baginda.
"Sudilah kiranya hamba diperkenankan memilih hukuman mati yang hamba anggap cocok wahai Baginda yang mulia." pinta Abu Nawas.
"Baiklah." kata Baginda menyetujui permintaan Abu Nawas...
"Paduka yang mulia, yang hamba pinta adalah bila pilihan hamba benar hamba bersedia dihukum pancung, tetapi jika pilihan hamba dianggap salah maka hamba dihukum gantung saja." kata Abu Nawas memohon.

"Engkau memang orang yang aneh. Dalam saat-saat yang amat genting pun engkau masih sempat bersenda gurau. Tetapi ketahuilah bagiku segala tipu muslihatmu hari ini tak akan bisa membawamu kemana-mana." kata Baginda sambil tertawa.

"Hamba tidak bersenda gurau Raduka yang mulia." kata Abu Nawas bersungguh-sungguh. Baginda main terpingkal-pingkal. Belum selesai Baginda Raja tertawa-tawa, Abu Nawas berteriak dengan nyaring.

"Hamba minta dihukum pancung!" Semua yang hadir kaget. Orang banyak belum mengerti mengapa Abu Nawas membuat keputusan begitu. Tetapi kecerdasan otak Baginda Raja menangkap sesuatu yang lain. Sehingga tawa Baginda yang semula berderai-derai mendariak terhenti. Kening Baginda berkenyit mendengar ucapan Abu Nawas. Baginda Raja tidak berani menarik kata-katanya karena disaksikan oleh ribuan rakyatnya. Beliau sudah terlanjur mengabulkan Abu Nawas menentukan hukuman mati yang paling cocok untuk dirinya.

Kini kesempatan Abu Nawas membela diri. "Baginda yang mulia, hamba tadi mengatakan bahwa hamba akan dihukum pancung. Kalau pilihan hamba benar maka hamba dihukum gantung. Tetapi di manakah letak kesalahan pilihan hamba sehingga hamba harus dihukum gantung. Padahal hamba telah memilih hukuman pancung?" Olah kata Abu Nawas memaksa Baginda Raja dan ulama itu tercengang. Benar-benar luar biasa otak Abu Nawas ini. Rasanya tidak ada lagi manusia pintar selain Abu Nawas di negeri Baghdad ini.

"Abu Nawas aku mengampunimu, tapi sekarang jawablah pertanyaanku ini. Berapa banyakkah bintang di langit?"
"Oh, gampang sekali Tuanku."
"lya, tapi berapa, seratus juta, seratus milyar?" tanya Baginda.
"Bukan Tuanku, cuma sebanyak pasir di pantai."
"Kau ini... bagaimana bisa orang menghitung pasir di pantai?"
"Bagaimana pula orang bisa menghitung bintang di langit?"
"Hahahahaha...! Kau memang penggeli hati. Kau adalah pelipur laraku. Abu Nawas mulai sekarang jangan segan-segan, sering-seringlah datang ke istanaku. Aku ingin selalu mendengar lelucon-leluconmu yang baru!"
"Siap Baginda...!" Lalu Baginda memerintahkan bendahara kerajaan memberikan sekantong uang kepada manusia terlucu di negerinya itu.

Abu Nawas Diusir dari Kota

Mimpi buruk yang dialami Baginda Raja Harun Al Rasyid tadi malam menyebabkan Abu Nawas diusir dari negeri kelahirannya sendiri. Abu Nawas tidak berdaya. Bagaimana pun ia harus segera menyingkir meninggalkan negerinya tercinta hanya karena mimpi. Masih jelas terngiang-ngiang kata-kata Baginda Raja di telinga Abu Nawas.

"Tadi malam aku bermimpi bertemu dengan seorang laki-laki tua. Ia mengenakan jubah putih. Ia berkata bahwa negerinya akan ditimpa bencana bila orang yang bemama Abu Nawas masih tetap tinggal di negeri ini. Ia harus diusir dari negeri ini sebab orang itu membawa kesialan. Ia boleh kembali ke negerinya dengan sarat tidak boleh dengan berjalan kaki, berlari, merangkak, melompat-lompat dan menunggang keledai atau binatang tunggangan yang lain."

Dengan bekal yang diperkirakan cukup Abu Nawas mulai meninggalkan rumah dan istrinya. Istri Abu Nawas hanya bisa mengiringi kepergian suaminya dengan deraian air mata. Sudah dua hari penuh Abu Nawas mengendarai keledainya. Bekal yang dibawanya mulai menipis. Abu Nawas tidak terlalu meresapi pengusiran dirinya dengan kesedihan yang tertalu mendalam. Sebaliknya Abu Nawas merasa bertambah yakin, bahwa Tuhan Yang Maha Perkasa akan segera menolong keluar dari kesulitan yang sedang melilit pikirannya. Bukankah tiada seorang teman pun yang lebih baik dari pada Allah SWT dalam saat-saat seperti itu?

Setelah beberapa hari Abu Nawas berada di negeri orang, ia mulai diserang rasa rindu yang menyayat-nyayat hatinya yang paling dalam. Rasa rindu itu makin lama makin menderu-deru seperti dinginnya jamharir. Sulit untuk dibendung. Memang, tak ada jalan keluar yang lebih baik daripada berpikir. Tetapi dengan akal apakah ia harus melepaskan diri? Begitu tanya Abu Nawas dalam hati. "Apakah aku akan meminta bantuan orang lain dengan cara menggendongku dari negeri ini sampai ke istana Baginda? Tidak akan ada seorang pun yang sanggup melakukannya. Aku harus bisa menolong diriku sendiri tanpa melibatkan orang lain."

Pada hari kesembilanbelas Abu Nawas menemukan cara lain yang tidak termasuk larangan Baginda Raja Harun Al Rasyid. Setelah segala sesuatunya dipersiapkan, Abu Nawas berangkat, menuju ke negerinya sendiri. Perasaan rindu dan senang menggumpal menjadi satu. Kerinduan yang selama ia melecut-lecut semakin menggila karena Abu Nawas tahu sudah semakin dekat dengan kampung halaman. Mengetahui Abu Nawas bisa pulang kembali, penduduk negeri gembira.

Desas-desus tentang kembalinya Abu Nawas segara menyebar secepat bau semerbak bunga yang menyerbu hidung. Kabar kepulangan Abu Nawas juga sampai ke telinga Baginda Harun Al Rasyid. Baginda juga merasa gembi mendengar berita itu tetapi dengan alasan yang sama sekali berbeda. Rakyat gembira melihat Abu Nawas pulang kembali, karena mereka mencintainya. Sedangkan Baginda Raja gembira mendengar Abu Nawas pulang kembali karena beliau merasa yakin kali ini pasti Abu Nawas tidak akan bisa mengelak dari hukuman. Namun Baginda amat kecewa dan merasa terpukul melihat cara Abu Nawas pulang ke negerinya. Baginda sama sekali tidak pemah membayangkan kalau Abu Nawas temyata bergelayut di bawah perut keledai. Sehingga Abu Nawas terlepas dari sangsi hukuman yang akan dijatuhkan karena memang tidak bisa dikatakan telah melanggar larangan Baginda Raja. Karena Abu Nawas tidak mengendarai keledai.

Minggu, 05 Juni 2011

Mari Menata Niat

عَنْ أَمِيْرِ الْمُؤْمِنِيْنَ أَبِيْ حَفْصٍ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صلعم.يَقُوْلُ : إِنَّمَا اْلأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ وَ إِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى. فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى اللهِ وَ رَسُوْلِهِ فَهِجْرَتُهُ إِلَى اللهِ وَ رَسُوْلِهِ، وَ مَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لِدُنْيَا يُصِيْبُهَا أَوْ امْرَأَةٍ يَنْكِحُهَا فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ   (رواه إماما المحدثين أبو عبد الله محمد بن إسماعيل بن إبراهيم بن المغيرة بن بردزبة البخاري و ابو الحسين مسلم بن الحجاج بن مسلم القشيري النيسابوري في صحيحيهما اللذين هما أصح الكتب المصنفة)
Dari Amīr al-Mu’minīn, Abū Hafsh ‘Umar bin Khattab RA., dia menjelaskan bahwa dia mendengar Rasulullah SAW. bersabda:
“Sesungguhnya setiap amal perbuatan tergantung pada niatnya. Dan sesungguhnya setiap orang (akan dibalas) sesuai dengan niatnya. Barangsiapa yang hijrahnya karena Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya. Dan barangsiapa yang hijrahnya karena urusan dunia yang ingin digapainya atau karena seorang wanita yang ingin dinikahinya, maka hijrahnya sesuai dengan apa yang diniatkannya tersebut” (HR. al-Bukhāriy dan Muslim)

Dari Hadits di atas, kita bisa ambil kesimpulan bahwa :
1.    Tidak akan pernah ada amal perbuatan kecuali disertai dengan niat. artiya, semua amalan kita akan diterima oleh Allah apabila disertai dengan niat yang benar.
2.    Amal perbuatan tergantung niatnya.Artinya, semua amalan kita akan diterima oleh Allah sesuai dengan niat kita.
3.    Pahala seseorang yang mengerjakan suatu amal perbuatan sesuai dengan niatnya.
4.    Seorang ‘alim (guru, ustadz atau pendidik) diperbolehkan memberikan contoh dalam menerangkan dan menjelaskan.
5.    Keutamaan hijrah,
6.    Seseorang akan mendapatkan pahala kebaikan, atau dosa, atau terjerumus dalam perbuatan haram dikarenakan niatnya.
7.    Suatu amal perbuatan tergantung wasilahnya (Lantaran). Maka sesuatu yang mubah dapat menjadi suatu bentuk ketaatan dikarenakan niat seseorang ketika mengerjakannya adalah untuk memperoleh kebaikan, seperti ketika makan dan minum, apabila diniatkan untuk menyemangatkan diri dalam ketaatan.
8.    Suatu amal perbuatan dapat menjadi kebaikan yang berpahala bagi seseorang, namun dapat pula menjadi dosa yang diharamkan bagi seseorang yang lain, adalah sesuai dengan niatnya.

Oleh sebab itu, mari kita bersama-sama menata niat kita, jadikan amal dunia kita bernilai amal Akhirat yang menyebabkan kita mendapatkan Ridha dari Allah SWT.
Mari kita Awali semua langkah kita dengan niat yang baik, niat mencari Ridha Allah. 
Mari awali semua langkah kita dengan bacaan :
"Bismillahirrahmaanirrahiim."
"Allahumma Shalli 'Alaa Sayyidinaa Muhammadin Bi'adadi man Shalla 'Alaih
Wa Shalli 'Alaa Sayyidina Muhammadin Bi'adadi man lam yushhalla 'Alaih
Wa Shalli 'Alaa Sayyidina Muhammadin Kamaa Tuhibbu An Yushalla 'Alaih
Wa Shalli 'Alaa Sayyidina Muhammadin Kamaa Amarta an Yushalla 'Alaih
Wa 'Alaa Alihi Wa Shahbihi Ajma'iin..........................!"

Jangan Berburuk Sangka

Allah Subhanahu wa-Ta’ala mengharamkan hambaNya yang beriman dari menyimpan perasaan, persangkaan atau prasangka buruk terhadap Allah dan terhadap saudara-saudaranya yang seagama. Allah mengharamkan juga segala unsur, benih atau segala sesuatu yang menyebabkan timbulnya rasa buruk sangka terhadap sesama.  Pengharaman ini telah ditegaskan di dalam al-Quran dan hadith-hadith Nabi sallallahu ‘alaihi wa-sallam.
sebagaimana firman Allah dalam surat Al Hujurat : 12

يَا اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اجْتَنِبُوْا كَثِيْرًا مِنَ الظَّنِّ اِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ اِثْمٌ وَلاَ تَجَسَّسُوْا 

وَلاَيَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا اَيُحِبُّ اَحَدُكُمْ اَنْ يَاْكُلَ لَحْمَ اَخِيْهِ مَيِّتًا فَكَرِهْتُمُوْهُ وَاتَّقُوْا اللهَ 

اِنَّ اللهَ تَوَّابٌ رَّحِيْمٌ
 
Artinya : 
"Hai orang-orang yang beriman!  Jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebahagian dari prasangka itu adalah dosa, dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebahagian kamu mengumpat sebahagian yang lain. sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati?  Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya.  Dan bertaqwalah kamu kepada Allah.    Sesunguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang". AL-HUJURAAT, 49:12.

Disebutkan dalam Hadits Nabi SAW. 
 
عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اِيَّاكُمْ وَالظَّنِّ فَاِنَّ الظَّنَّ 

اَكْذَبُ الْحَدِيْثِ وَلاَ تَجَسَّسُوْا وَلاَ تَحَسَّسُوْا وَلاَ تَنَافَسُوْا وَلاَ تَحَاسَدُوْا وَلاَ تَبَاغَضُوْا 

وَلاَ تَدَابِرُوْا وَكُوْنُوْا عِبَادَ اللهِ اِخْوَانًا
 
"Dari Abi Hurairah berkata: Bersabda Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa-sallam: Aku peringatkan kamu dari prasangka sesungguhnya prasangka itu adalah bisikan yang paling bohong.  Dan janganlah kamu mencari-cari rahsia (kelemahan, ke’aiban dan keburukan saudaranya), janganlah merasa-rasakan (yang bukan-bukan), janganlah kamu melakukan pertengkaran, jangan berhasad (dengki), jangan berbenci-bencian, janganlah membelakangkan (saudaramu seagama).  Dan jadilah kamu hamba Allah yang bersaudara".  H/R al-Bukhari.

Semua benih timbulnya buruk sangka yang dijelaskan oleh ayat al-Quran dan hadith-hadith di atas berpangkal dari hati yang rusak dan berpenyakit lantaran kejahilan (tidak berilmu agama).  Akhirnya menyebabkan lemah iman, lemah keperibadian, hilang panduan dan tidak tahu ke arah mana yang dituju, sehingga mudah berburuk sangka.
Orang-orang yang mempunyai penyakit ragu-ragu, was-was dan buruk sangka terhadap Allah dan terhadap ibadahnya, ia perlu segara meninggalkan penyakit tersebut dan segera bertaubat.  Agar ia tidak mengulanginya lagi, maka perlu dirawat dengan ilmu agama terutama ilmu aqidah.  Oleh sebab itu, setiap mukmin sewajarnya menyibukkan dirinya dengan menuntut ilmu seperti menghadiri majlis-majlis ilmu yang membahas tentang aqidah, ibdah, syari'at serta akhlaq.  Kerana hanya ilmu agama yang dapat merawat dan menyembuhkan penyakit ragu-ragu, was-was dan buruk sangka.


Sabtu, 04 Juni 2011

Bagaimana Menjadi kontributor template

Mari Berpuasa di bulan Rajab


Rasulullah bersabda : 

“Sesungguhnya Rajab adalah bulan ALLAH, Sya’ban Adalah bulanku dan Ramadhan adalah bulan umatku”. “Semua manusia akan berada dalam keadaan lapar pada hari kiamat, kecuali para nabi, keluarga nabi dan orang-orang yang berpuasa pada bulan Rajab, Sya’ban dan Ramadhan.
  • Barang siapa yang berpuasa satu hari dalam bulan ini dengan  ikhlas, maka pasti ia mendapat keridhaan yang besar dari ALLAH  SWT;
  • Dan barang siapa berpuasa pada tgl 27 Rajab, akan mendapat pahala seperti 5 tahun  berpuasa;
  • Barang siapa yang berpuasa dua hari di bulan Rajab akan  mendapat kemuliaan di sisi ALLAH SWT;
  • Barang siapa yang  berpuasa tiga hari yaitu pada tgl 1, 2, dan 3 Rajab, maka ALLAH akan memberikan pahala seperti 900 tahun berpuasa  dan menyelamatkannya dari bahaya dunia, dan siksa akhirat;
  • Barang siapa berpuasa lima hari dalam bulan ini,  insyaallah permintaannya akan dikabulkan;
  • Barang siapa berpuasa  tujuh hari dalam bulan ini, maka ditutupkan tujuh pintu neraka  Jahanam dan barang siapa berpuasa delapan hari maka akan dibukakan  delapan pintu syurga;
  • Barang siapa berpuasa lima belas hari dalam  bulan ini, maka ALLAH akan mengampuni dosa-dosanya yang telah lalu  dan menggantikan kesemua kejahatannya dengan kebaikan, dan barang  siapa yang menambah     hari-hari puasa maka ALLAH akan menambahkan  pahalanya."
  • Sabda Rasulullah SAW lagi :
    "Pada malam Mi'raj,  saya melihat sebuah sungai yang airnya lebih manis dari madu, lebih  sejuk dari air batu dan lebih harum dari minyak wangi, lalu saya  bertanya pada Jibril a.s.: "Wahai Jibril untuk siapakan sungai ini ?" Maka berkata Jibrilb a.s.: "Ya Muhammad sungai ini adalah untuk orang yang membaca salawat untuk engkau dibulan Rajab  ini".

    oleh sebab itu, kalau kita ingin merasa kenyang besok di hari Qiyamat, maka, Mari kita berpuasa dan memperbanyak membaca shalawat di bulan yang penuh berkah ini!

    Allahumma Shalli 'Alaa Sayyidinaa Muhammadin Bi'adadi man Shalla 'Alaih
    Wa Shalli 'Alaa Sayyidina Muhammadin Bi'adadi man lam yushhalla 'Alaih
    Wa Shalli 'Alaa Sayyidina Muhammadin Kamaa Tuhibbu An Yushalla 'Alaih
    Wa Shalli 'Alaa Sayyidina Muhammadin Kamaa Amarta an Yushalla 'Alaih
    Wa 'Alaa Alihi Wa Shahbihi Ajma'iin..........................!!!
     

Jumat, 03 Juni 2011

nGeDeKuL oN nEt: SMS yang bikin ketawa

Kamis, 02 Juni 2011

Keutamaan Bulan Rajab


 "رجب شهر الله ، و شعبان شهري ، و رمضان شهر أمتي"

Artinya:
"Rajab adalah bulan Allah SWT, dan Sya'ban Adalah bulan ku, sedangkan Ramadhan adalah bulan umatku".

Di dalam kitab "Kanzun Najah Wassurur" disebutkan bahwa keutamaan bulan Rajab dibanding bulan-bulan lainnya bagaikan keutamaan ummat nabi Muhammad SAW. dibanding ummat yang lain.
Barang siapa menghidupkan malam pertama bulan Rajab dan mengisinya dengan berbagai ibadah, membaca al quran atau yang lainnya, maka hatinya tidak akan mati tatkala semua hati manusia mati.Allah akan memberikan kebaikan untuknya, dosa-dosanya diampuni dan kelak kemudian hari mendapat keistimewaan dapat menolong 70.000 ummat manusia yang semestinya masuk ke dalam neraka.
Dalam bulan Rajab dianjurkan memperbanyak berdo'a dan memohon kepada Allah SWT.
Disebutkan dalam hadits : "Ada lima malam dimana do'a yang dipanjatkan tidak akan ditolak, yaitu Permulaan malam bulan Rajab, malam pertengahan dari bulan sya'ban, malam jum'at, malam Iedul Fitri dan malam Iedul Adha."
Pada bulan Rajab, Nabi Muhammad SAW. sering membaca do'a :

اَللّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِي رَجَب وَشَعْبَانَ، وَبَلِّغْنَا شَهْرَ رَمَضَانَ، واَعِنَّا عَلَى الصِّيَامِ وَالْقِيَامِ وَحِفْظِ اللِّسَانِ، وَغَضِّ الْبَصَرِ، وَلاَ تَجْعَلْ حَظَّـنَا مِنْهُ الْجُوعَ وَالْعَطَشَ
Artinya :
“Ya Allah, berkahi kami di bulan Rajab dan Sya’ban, sampaikan kami pada bulan Ramadhan. Bantulah kami untuk melakukan puasa, qiyamul layl, menjaga lisan dan menjaga pandangan, dan jangan jadikan puasa kami hanya lapar dan dahaga.”

Sedangkan anjuran amalan-amalan di bulan Rajab sangatlah banyak, diantaranya ialah memperbanyak membaca do'a, puasa Rajab, memperbanyak shalat sunnah, membaca surat yasin, membaca shalawat dan istighfar serta dianjurkan memperbanyak membaca sayyidul istighfar.
Dalam sebuah kitab disebutkan, barang siapa membaca istighfar :   أَللَّّهُمَّ اغْفِرْلِيْ وَارْحَمْنِيْ وَتُبْ عَلَيَّ
Setiap pagi dan sore dalam bulan Rajab sebanyak 70 kali dengan mengangkat tangan, maka kelak di Hari akhir akan diselamatkan dari api neraka.

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More